Senin, 10 Oktober 2016

Kekuatan Cinta


Makna cinta mulai tergeser dari substansinya, karena kata cinta lebih sering digunakan oleh muda mudi yang sedang menjalin kasih atau dua insan yang sedang jatuh cinta. sehingga kata cinta ini mengalami penyempitan makna. Padahal kata cinta ini sesungguhnya memiliki makna yang sangat luas. ada cinta kepada Allah, ada cinta kepada sesama, ada cinta kepada harta, ada cinta kepada lingkungan, ada cinta kepada jabatan dan lain-lain. cinta membuat seseorang kuat dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan.
Prof. Dr. Quraish shihab mengatakan cinta bukan hanya sesuatu yang menyenangkan tapi juga dibutuhkan tidak hanya oleh manusia tetapi semua makhluk. cinta mengantarkan kepada kebahagiaan. Cinta sulit dilukiskan dengan kata-kata bahkan sementara pakar mengatakan ia tidak dapat dilukiskan karena itu hanya gejala-gejalanya yang dapat dijelaskan tapi yang pasti cinta adalah yang mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang positif, karya-karya besar manusia justru lahir dari cinta.
Dari pernyataan Quraish Shihab diatas ada kalimat yang menarik, cinta itu dibutuhkan. Cinta itu seperti energi pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Orang yang melakukan suatu pekerjaan tanpa disertai dengan cinta maka akan terasa hambar, tidak semangat., tidak betah, mudah emosi. Tapi perhatikan orang yang mencintai pekerjaannya, mereka berangkat dengan perasaan bahagia dan pulang dengan bahagia.
Kalau kita perhatikan sejarah keberhasilan Nabi SAW dalam menyebarkan agama Islam maka kita akan menemukan cinta. Banyak dalil-dalil yang mengungkapkan betapa besar kecintaan Nabi SAW kepada umatnya. Sampai dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa Rasulullah SAW harishun ‘alaikum sampai terasa perih hati beliau karena cinta kepada umatnya, cinta beliau amat sangat mendalam. Cinta itu bumbu kehidupan yang membuat terasa indah sehingga perasaan dalam hati ingin terus memperjuangkannya. Apapun yang kita cita-citakan dan yang sedang kita lakukan, kejarlah dan lakukanlah dengan cinta agar apa yang kita lakukan dapat kita nikmati dan tentunya membawa hasil yang baik.


Minggu, 09 Oktober 2016

Pikiranmu adalah hidupmu




Seringkali kita mengabaikan pikiran yang terlintas dalam diri kita. Padahal sebagian besar sikap yang kita ambil berangkat dari sebuah pikiran. Seseorang tidak mungkin mengerjakan sesuatu tanpa berfikir terlebih dahulu. Baik itu perkara positif maupun negatif. segala perbuatan dan tingkah laku manusia selalu diawali dari pikiran. Seorang pencuri tidak mungkin beraksi tanpa ada pikiran yang terlintas untuk mencuri, bahkan mereka berfikir matang agar upaya mereka bisa berhasil tanpa diketahui orang. Seorang guru akan memikirkan apa yang akan mereka ajarkan, bagaimana metode yang tepat dalam menyampaikan materi yang ada. hampir semua perbuatan manusia selalu melalui proses berfikir. Bahkan kesuksesan dan kegagalan seseorang banyak ditentukan oleh pikiran.
Berfikir merupakan aktifitas yang abstrak tapi sangat menentukan. Dr Ibrahim Elfiky mengatakan berfikir itu berpengaruh terhadap intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, hasil, citra diri, harga diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan dan lain-lain. Dalam Alddin Factor karya Jack Canfield dan Mark Viktor Hansen terdapat statement yang mengatakan Setiap hari manusia menghadapi lebih dari 60.000 pikiran. Pikiran yang sebanyak itu kalau tidak diarahkan akan berakibat fatal. Sekarang pertanyaannya adalah apa saja yang selama ini kita pikirkan? Apakah kita telah mengisi pikiran kita dengan pikiran positif ataukah negatif. apakah kita masih memelihara pikiran-pikiran negatif.
Cara yang paling efektif dalam mengarahkan pikiran adalah dengan memasang impian yang besar dalam hidup kita. Ketika membuat target yang ingin dicapai, maka pikiran akan mengarah kepada tujuan tersebut, pikiran akan sibuk memikirkan bagaimana mewujudkan impian tersebut. kalau tidak demikian, maka pikiran akan menjelajah sendiri, memikirkan sesuatu yang sebetulnya tidak perlu dipikirkan atau bahkan memikirkan sesuatu yang dapat berakibat buruk pada diri kita. Ketika kita menghadapi sesuatu yang buruk, maka fokuslah pada yang baik atau impian kita. Sebagai contoh, ketika orang lain dengki dengan diri kita atau membicarakan keburukan kita. Maka sikap yang paling tepat untuk diambil adalah dengan tetap memikirkan hal positif dalam mencapai target yang sudah dipasang. Pikiran terlalu berharga untuk diisi dengan perkara negatif.

Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa




Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan kalimat di atas, karena dalam berbagai kesempatan kita sering mendengarnya. Guru merupakan sosok yang menjadi panutan, sosok teladan murid. Peran guru dalam membangun negara sudah tidak diragukan lagi, tanpa guru tidak akan ada presiden, menteri, bupati, camat dan lain sebagainya. Meskipun demikian, pemerintah seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Perhatian dan penghargaan yang diberikan kepada guru tidak sesuai dengan pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru tidak hanya pada gaji saja tapi juga kualitas. Dalam situs liputan6.com, dari 30 negara yang diangkat, gaji guru di indonesia menempati posisi terakhir dengan selisih nominal yang sangat jauh dibandingkan dengan gaji guru di negara hungaria yang menempati posisi 29. Indonesia US$ 2.830/tahun sementara Hungaria US$ 14.760/tahun, tidak heran jika ditemukan ada sebagian guru mengajar tidak dengan sepenuh hati. sedangkan dari sisi kualitas, perhatian pemerintah akan guru ini terbilang sangat sedikit. Pasalnya pemerintah tidak melakukan penekanan pada lembaga-lembaga pendidikan yang mencetak guru. Sehingga mindset masyarakat indonesia yang terbentuk adalah jika ingin mendapat gelar sarjana dengan mudah maka masuklah pada perguruan tinggi keguruan. Hal ini mengakibatkan masyarakat berbondong-bondong memasukkan anaknya untuk menjadi guru tanpa memikirkan akan jadi apa mereka setelah lulus. Negara kita sesungguhnya kekurangan guru di tengah-tengah banyak sarjana pendidikan. mengapa hal demikian bisa terjadi? karena tidak adanya kepedulian dari berbagai pihak akan pentingnya sebuah kualitas. Untuk mendapatkan kualitas yang benar-benar baik, kita membutuhkan sebuah proses yang benar-benar berkualitas pula. Mungkin dengan membatasi perguruan tinggi yang mencetak sarjana pendidikan. di samping itu, perguruan tinggi yang terpilih harus membentuk sistem yang sangat selektif dan penuh tantangan agar guru yang akan membentuk generasi bangsa ini adalah guru-guru yang handal dan profesional.
Fenomena memalukan seperti guru yang melakukan demo untuk kenaikan gaji tidak perlu terulang lagi dengan cara memberikan mereka hak mereka sebelum mereka memintanya. Kemudian lapangan pekerjaan bagi guru yang sudah kredibel akan kualitasnya tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaan lagi dengan menyediakan tempat untuk lulusan sarjana pendidikan. Dengan menerapkan sistem yang seperti itu, maka perubahan dalam skala besar akan terjadi.